Post

Pulau Sumatera terletak di area dengan salah satu aktivitas seismik tertinggi di dunia. Selain karena keberadaan zona subduksi di bagian pantai barat pulau tersebut, Sumatera juga memiliki sesar strike-slip berukuran besar yang biasa disebut dengan Sesar Besar Sumatera (Great Sumatran Fault) terbentang di sepanjang Pulau Sumatera.

Sesar Besar Sumatera atau biasa disebut dengan Patahan Semangko ini membentang dari ujung utara sampai selatan di Pulau Sumatera, dimulai dari Aceh hingga berakhir di Teluk Semangka, Lampung.

Nah, untuk memonitoring pergerakan lempeng bumi dari sesar tersebut diperlukan infrastruktur dan data yang valid, diantaranya dengan memanfaatkan data GNSS dari Indonesia Continuously Operating Reference Station (Ina-CORS). Hingga 2020 Badan Informasi Geospasial tercatat mengelola 245 Ina-CORS di seluruh Indonesia.

Data GNSS yang dihasilkan oleh seluruh Ina-CORS memiliki fungsi utama untuk mendukung penerapan Kebijakan Satu Peta dalam proses survei dan pemetaan di Indonesia. Selain itu, data Ina-CORS secara lebih lanjut juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan penelitian di bidang ilmu kebumian seperti studi geodinamika, penelitian atmosfer dan ionosfer, serta juga dapat digunakan untuk mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami.

7 Januari 2021, Badan Informasi Geospasial meresmikan Indonesia Continuously Operating Reference Station Institut Teknologi Sumatera (CTRA) di area Kampus Institut Teknologi Sumatera.

Operasionalisasi stasiun ini merupakan tindak lanjut penandatanganan Perjanjian Kerja Sama tentang pemutakhiran dan pengelolaan data jaring kontrol geodesi di lokasi sesar aktif.

Peresmian stasiun Ina-CORS ini disaksikan oleh Gubernur Lampung secara virtual, Plt Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Muhtadi Ganda Sutrisna dan Rektor Institut Teknologi Sumatera (ITERA) Ofyar Z Tamin beserta jajaran pimpinan di BIG dan ITERA.